FORMAT MODUL 7
Deskripsi Mata Kuliah : EPIDEMIOLOGI GIZI
Mata ajar/Kode/SKS | EPIDEMIOLOGI GIZI/Gz312/2 SKS (100 menit) |
Program/Angkatan | 2010/1011 |
Semester/tahu ajaran | Semester 3 |
Tempat | Jurusan Gizi Poltekes Kemenkes Padang |
Nama Dosen | DR.Fauzi Arasj, SKM,MKes |
Pokok Bahasan | Memahami design epidemiologi analitik observasional |
Standar Kompetensi | 1) Menerapkan prinsip etika dalam melaksanakan pelayanan 2) Merujuk pasien/klien ke ahli gizi yang lebih kompeten 3) Merujuk pasien ke pusat kesehatan lain 4) Ikut aktif dalam kegiatan profesi 5) Menerapkan pengetahuan dan ketrampilan baru dalam kegiatan pelayanan gizi 6) Melakukan komunikasi interpersonal 7) Menggunakan tekhnologi terbaru dalam kegiatan komunikasi dan informasi 8) Melakukan penapisan gizi pada klien/pasien secara individu dan informasi 9) Melakukan penapisan gizi pada klien/pasien pada kelompok masyarakat 10) Melaksanakan konferensi tim kesehatan untuk mendiskusikan terapi dan rencana pemulangan pasien 11) Melakukan pengembangan dan evaluasi program pangan dan gizi masyarakat |
Kompetensi Dasar | Mampu memahami design epidemiologi analitik observasional |
Indikator | 1) Mampu memahami pengertian dari epidemiologi analitik observasional 2) Mampu memahami bentuk studi observasional 3) Mampu memahami jenis studi epidemiologi analitik observasional seperti studi crossectional 4) Mampu memahami jenis studi epidemiologi analitik observasional seperti studi retrospektif/kasus kontrol 5) Mampu memahami jenis studi epidemiologi analitik observasional seperti studi prospektif/kohort 6) Mampu memahami perhitungan RR, OR, AR-PAR |
Metode | 1) Ceramah 2) Tanya jawab 3) Penugasan |
Media | Komputer, LCD, proyektor |
Kegiatan Pembelajaran termasuk evaluasi
Waktu | Kegiatan Dosen | Kegiatan Mahasiswa |
1. Pendahuluan Selama 5-10 menit | Menjelaskan tujuan, pokok bahasan, tujuan dan manfaat pembelajaran hari ini | Mendengarkan Bertanya Diskusi |
2. PBM (80-90 menit) | 1) Menjelaskan pengertian dari epidemiologi analitik observasional 2) Menjelaskan bentuk studi observasional 3) Menjelaskan jenis studi epidemiologi analitik observasional seperti studi crossectional 4) Menjelaskan jenis studi epidemiologi analitik observasional seperti studi retrospektif/kasus kontrol 5) Menjelaskan jenis studi epidemiologi analitik observasional seperti studi prospektif/kohort 6) Menjelaskan perhitungan RR, OR, AR-PAR | Mendengarkan Bertanya Diskusi |
3. Penutup 5-10 menit | Memberikan kesimpulan pembelajaran hari ini | Mendengarkan Bertanya Diskusi |
Kegiatan Belajar 1à materi belajar 1 | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Epidemiologi berasal dari kata Epi, Demos & Logos. Epi adalah tentang penyakit, demos adalah penduduk, dan logos adalah ilmu. Jadi EPIDEMIOLOGI adalah : Suatu ilmu yang mempelajari distribusi (penyebaran), frekuensi (Jumlah/Angka) dan determinan (Penyebab) penyakit/masalah kesehatan pada suatu penduduk. Menurut CDC 2002, Last 2001 dan Gordies 2000, epidemilogi is the mother of public health. Epidemiologi memiliki berbagai macam bentuk studi guna membantu memahami tentang epidemiologi lebih mendalam dan menyelesaikan masalah-masalah terkait epidemiologi.Studi epidemiologi dapat diklasifikasikan sebagai studi eksperimental ataupun studi observasi. Berikut adalah tabel mengenai studi yang paling sering dipakai dalam epidemiologi dengan unit studinya serta nama lainnya. Tabel : Jenis-jenis studi epidemiologi
Studi observasional Studi Observasi adalah studi yang membiarkan alam melakukan aktifitasnya, sedangkan investigator berhak untuk mengukur tetapi tak mencampuri aktifitas alam tersebut. Studi ini melingkupi studi deskriptif dan analitikal. Studi Deskriptif terbatas pada deskripsi kejadian seuatu penyakit di sebuah populasi. Studi deskriptid sering dugunakan sebagai langkah awal dari sebuah investigasi epidemiologi. Sedangkan, studi analitikal adalah studi yang lebih jauh guna menganalis hubungan antara status kesehatan dengan variabel yang lain 1. Studi Deskripsi. Studi deskriptif adalah riset epidemiologi yang bertujuan menggambarkan pola distribusi penyakit dan determinan penyakit menurut populasi, letak geografik, dan waktu. Indikator yang digunakan mencakup faktor-faktor sosio demografik seperti umur, gender, ras, status perkawinan, pekerjaan; maupun variabel-variabel gaya hidup seperti jenis makanan, pemakaian obat-obatan, serta perilaku seksual. Studi deskriptif memberikan beberapa manfaat. Pertama, memberikan masukan masukan tentang pengalokasian sumber daya dalam rangka perencanaan yang efisien, kepada para perencana kesehatan, administrator kesehatan, dan pemberi pelayanan kesehatan. Kedua, memberikan petunjuk awal untuk merumuskan hipotesis bahwa suatu variabel adalah faktor resiko penyakit. Hipotesis tersebut kelak diuji lebih lanjut pada studi analitik, 2. Studi Ekologikal. Studi ekologikal atau studi korelasi populasi adalah studi epidemiologi dengan populasi sebagai unit analisis, yang bertujuan mendeskripsikan hubungan korelatif antara penyakit dan faktor-faktor yang diminati penelitian. Faktor-faktor tersebut misalnya, umur, bulan, obat-obatan, dll. Unit observasi dan unit analis pada studi ini adalah kelompok (agregat) individu, komunitas atau populasi yang lebih besar. Agregat tersebut biasanya dibatasi oleh scara geografik, misalnya penduduk provinsi, penduduk kotamaadya, penduduk negara, dan sebagainya. Kekuatan pada studi ekologikal adalah dapat menggunkan data insidensi, prevalensi maupun mortalitas. Rancangan ini tepat sekali digunkan pada peneyelidikan awal hubungan penyakit, sebab mudah dilakukan dan murah dengan memanfatkan informasi yang tersedia. Mislanya, Biro Pusat Statistik secara teratur mengumpulkan data demografi dan data konsumsi yang dapat dikorelasikan dengan morbiditas, mortalitas dan penggunaan sumber sumberdaya keehatan yang dikumpulkan Depatemen Kesehatan. Kelemahan pada studi ini adalah studi ekologi tak dapat dipakai untuk menganalisis hubungan sebab akibat karena dua alasan. Alasan pertama adalah, ketidakmampuan menjembatani kesenjangan status paparan dan status penyakit pada tingkat populasi dan individu. Sedangkan alasan kedua adalah studi ekologi tak mampu untuk mengontrol faktor perancu potensial. 3. Studi potong lintang (cross sectional) Studi potong lintang adalah rancangan studi epidemiologi yang mempelajari hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan dan penyakit serentak pada individu-individu dari populasi tunggal pada satu saat atau satu periode. Tujuan studi potong-lintang adalah untuk memperoleh gambaran pola penyakit dan determinan-dterminannya pada populasi sasaran. Studi poting lintang adalah studi epidemiologi yang mempelajari prevalensi, distribusi maupun hubungan penyakit dan paparan (faktor penelitian) dengan cara mengamati status paparan, penyakit atau karakteristik terkait kesehatan lainnya secara serentak pada individu-individu dari suatu populasi pada satu saat. Karakter : status paparan dan penyakit diukur pada saat yang sama. Data yang dihasilkan adalah data prevalensi, maka disebut juga survei prevalensi. Studi potong lintang pada dasarnya adalah survei. SKRT (Survei Kesehatan Rumah tangga) dan Surveilans merupakan studi potong lintang Kekuatan studi potong lintang ialah kemudahannya untuk dilakukan dan murah, sebab tidak memerlukan follow-up. Jika tujuan penelitian “sekadar” mendeskripsikan distribusi penyakit dihubungkan dengan faktor-faktor penelitian, maka studi potong lintang adalah rancangan studi yang cocok, efisien, dan cukup kuat di segi metodologik. Selain itu, studi potong-lintang tak “memaksa” subjek untuk mengalami faktor yang diperkirakan bersifat merugikan kesehatan “faktor resiko”. Kelemahan studi potong-lintang adalah tidak tepat digunakan untuk menganalisis hubungan kausal paparan dan penyakit. Hal ini disebabkan karena validitas penilaian hubungan kausal yang menuntut sekuensi waktu yang jelas antara paparan dan penyakit (yaitu, paparan harus mendahului penyakit) sulit untuk dipenuhi pada studi ini. JENIS STUDI POTONG LINTANG
4. Studi Kasus Kontrol (studi retrospektif) Studi kasus control mengikuti paradigma yang menelusuri dari efek ke penyebab. Di dalam studi kasus control, individual dengan kondisi khusus atau berpenyakit (kasus) dipilih untuk dibandingkan dengan sejumlah indivual yang tak memiliki penyakit (kontrol). Kasus dan kontrol dibandingkan dalam hal sesuatu yang telah ada atau atribut masa lalu atau pajanan menjadi sesuatu yang relevan dengan perkembangan atau kondisi penyakit yang sedang dipelajari. Studi kasus kontrol merupakan salah satu rancangan riset epidemiologi yang paling popular belakangan ini karena kekuatan yang dimilikinya. Kekuatan studi kasus kontrol anatara lain, relatif murah, relatif cepat, hanya membutuhkan perbandingan subjek yang sedikit, tak menciptakan subjek yang berisiko, cocok untuk studi dari penyakit yang aneh ataupun penyakit yang memiliki periode laten lama, dan sebagainya. Studi kasus kontrol memiliki beberapa kelemahan. Kelemahan pertama adalah studi kasus kontrol memiliki metodologi kausal yang bertentangan dengan logika eksperimen klasik. Logika “normal” penelitian hubungan kauasal paparan dan penyakit lazimnya diawali dengan identifikasi paparan (sebagai penyebab) kemudian diikuti selama periode tertentu untuk melihat perkembangan penyakit (sebagai akibat). Studi kasus kontrol melakukan hal yang sebalikanya : melihat akibatnya dulu, baru menyelidiki apa penyebabnya. Kelemahan-kelemahan yang lain adalah studi kasus kontrol tidak efisien untuk mempelajari paparan-paparan yang langka, peneliti tak dapat menghitung laju insidensi penyakit baik populasi yang terpapar maupun yang tak terpapar karena subjeknya dipilih berdasarkan status penyakit, tidak mudah untuk memastikan hubungan temporal antara paparan dan penyakit. 5. Studi Kohor Studi kohor,juga biasa disebut follow up atau studi insidens, bermula dari sejumlah kelompok orang (kohor) yang bebas dari penyakit, yang diklasifikasikan ke dalam subgrup berdasarkan tingkat pajanan kepada kejadian potemsial penyakit atau outcome. Kelompok-kelompok studi dengan karakteristik tertentu yang sama (yaitu pada awalnya bebas dari penyakit) tetapi memiliki tingkat keterpaparan yang berbeda, dan kemudian dibandingkan insidensi penyakit yang dialaminya selama periode waktu, disebut kohor. Ciri-ciri lainnya dari studi kohor adalah dimungkinkannya penghitungan laju insidensi (ID) dari masing-masing kelompok studi. Ada beberapa kekuatan dalam studi kohor. Pertama, studi kohor dilakukan sesuai dengan logika eksperimental dalam membuat inferensi kausal, yaitu penelitian dimulai dengan menentukan faktor penyebab (anteseden) diikuti dengan akibat (konsekuen). Kedua, peneliti dapat menghitung laju insidensi. Ketiga, studi kohor sesuai untuk meneliti paparan yang langka(misalnya faktor-faktor lingkungan). Keempat, studi kohor memungkinkan peneliti mempelajari sejumlah efek serentak dari sebuah paparan. Kelima, pada studi kohor prospektif, kemungkinan terjadi bias dalam menyeleksi subjek dan menentukan status paparan adalah kecil,sebab penyakit yang diteliti belum terjadi. Keenam, karena bersifat observasional, maka tidak ada subjek yang sengaja dirugikan karena tidak mendapatkan terapi yang bermanfaat. Studi kohor juga memiliki berbagai kelemahan. Kelemahan utama, rancangan studi kohor prospektif lebih mahal dan membutuhkan waktu yang lebih lama daripada studi kasus kontrol atau studi kohor retrospektif. Kedua, tidak efisien dan tidak praktis untuk mempelajari penyakit yang langka, kecuali jika ukuran besar atau prevalensi penyakit pada kelompok terpapar cukup tinggi. Ketiga, subjek dapat saja hilang atau pergi selama penelitian. Keempat, karena faktor penelitian sudah ditentukan terlebih dahulu pada awal penelitian, maka studi kohor tidak cocok untuk merumuskan hipotesis tentang faktor-faktor etiologi lainnya untuk penyakit itu, tatkala penelitian terlanjur berlangsung |
Tugas |
· Mahasiswa mencari bahan lain yang berhubungan dengan PBM |
Senarai |
|
Soal Ujian |
|
Kunci Jawaban |
|
Daftar Pustaka |
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar